Sabtu, 25 Oktober 2008
DIKLAT GANTOLLE 2008-2009
PEREKRUTAN ANGGOTA GANTOLLE TAHAP II
Mahasiswa Pecinta Alam Dan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Padang
I. Pendahuluan
Keindahan dan keunikan alam Indonesia yang tiada terhingga menjadi tempat bagi manusia untuk mewujudkan individu ataupun kelompok-kelompok manusia Indonesia yang memiliki daya kreatif, disiplin, berwawasan, dan mempunyai kesadaran akan tanggung jawab yang tinggi terhadap lingkungan alam. Salah satu cara manusia dalam mengisi hidupnya adalah dengan memanfaatkan alam sebagai wadah dalam menjalankan karya tanpa kesewenang-wenangan, dan tanggung jawab sebagai pengguna dan pelindung alam.
Olahraga dirgantara merupakan olahraga prestasi dan olahraga pariwisata yang memiliki keindahan dan eksotisme tersendiri, lebih-lebih bagi para pecinta olahraga alam bebas. Olahraga Dirgantara dari waktu ke waktu mendapatkan tempat tersendiri di kalangan pecinta alam dan juga masyarakat tentunya. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) pun olahraga ini sudah diperlombakan. Selain itu atlit-atlit Olahraga Dirgantara juga bisa dijadikan sebagai tenaga cadangan terlatih untuk membantu TNI AU dalam mempertahankan kedaulatan NKRI bila dibutuhkan. Namun pada kenyataannya pembinaan dan pengembangan Olahraga ini masih terasa kurang dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya ini terbukti dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang olahraga ini.
Dikarenakan hal diatas tadi kami dari Panitia Sosialisasi dan Diklat Gantolle 2008-2009 ikut berpartisipasi dalam pengembangan Olahraga Dirgantara ini dengan cara melakukan pelatihan dan pembinaan kepada generasi muda Indonesia. Peserta-peserta untuk diklatnya akan diambil dari organisasi mapala seSumbar, organisasi pemuda sekota Padang, dan ketiga angkatan (TNI-AL, TNI-AU, dan TNI-AD).
Besar harapan kami kegiatan ini akan terlaksanakan dengan baik berkat dukungan semua pihak terkait dalam kegiatan ini.
II. Nama kegiatan
”Diklat Gantolle 2008-2009”
III. TUJUAN
Tujuan dari Pelatihan Gantolle adalah:
1. Meningkatkan rasa cinta tanah air bagi generasi muda umumnya.
2. Mempersiapkan kekuatan cadangan yang terlatih untuk membantu TNI-AU dalam bela negara
3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang Olahraga Dirgantara, kepada masyarakat umum yang berminat, khususnya para mahasiswa
4. Menumbuhkan rasa kepecintaalaman dan adanya keinginan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
5. Melaksanakan regenerasi atlit-atlit Olahraga Dirgantara, khususnya gantolle
6. Mengembangkan olahraga Dirgantara di Sumatera Barat, khususnya gantolle
7. Menghasilkan atlit-atlit yang berkualitas untuk mengukuti PON XVII di Riau tahun 2012
IV. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. SOSIALISASI ORDIRGA GANTOLLE
MATERI POKOK
• Pengenalan Olahraga Dirgantara (ORDIRGA).
• Pengenalan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
• Pengenalan Olahraga Gantolle ; syarat dan perkembangannya
• Pengenalan Peralatan yang digunakan dalam Olahraga Gantolle.
• Safety Procedure dalam Olahraga Gantolle.
• Pameran foto-foto gantolle
• Pemutaran slides/VCD/DVD tentang gantolle
• Peragaan pesawat gantolle
2. TEST
• IQ test
• Psiko test
• Test fisik
3. DIKLAT
Pendidikan dan Latihan Gantolle 2008-2009
V. WAKTU PELAKSANAAN
Tahap 1 : Minggu, 19 Oktober 2008 pukul 08.00 – 12.00 di UNP
Sosialisasi gantolle
Tahap 2 : Rabu, 29 Oktober 2008 pengembaian fomulir ke sekreteriat MPALH UNP Gedung PKM G53
Tahap 3 : Minggu. 2 Nofember 2008, seleksi penerimaan peserta diklat (Test) pukul 09.00 - selesai
VI. LOKASI KEGIATAN
• UNP
• Landasan Udara Tabing, Padang
• Danau Kembar, Alahan Panjang
• Kubang danTaeh Bukit, Payakumbuh
VII. PESERTA
Kriteria- kriteria peserta Diklat Gantolle
a. Lulus ke 3 test secara memuaskan
b. Membayar uang diklat
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bersedia menanggung semua resiko yang diakibatkan oleh kegiatan ini
e. Bersedia mengikuti semua peraturan yang ditetapkan selama mengikuti pelatihan
VIII. BIAYA¬
• Sosialisasi tidak dipungut biaya
• Uang pendaftaran diklat Rp. 25.000,-
IX. PENUTUP
Demikianlah penjelasan singkat ini kami buat. Semoga dengan kegiatan ini kita dapat menciptakan generasi muda Indonesia yang cinta tanah air dan dapat diandalkan sebagai kekuatan cadangan yang terlatih untuk membantu TNI-AU dalam bela negara, disamping turut serta dalam pengembangan Olah Raga Gantolle di Sumatera Barat menuju PON XVII di Riau. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Nb: Pengembalian fomulir paling lambat Rabu, 29 Oktober 2008
Cp: Nik 081266684667
Sahata 081266432000
Anggi 085263949549
Gantolle
BERGABUNGLAH BERSAMA KAMI
SIPATUANG HANG GLIDING CLUB
Sipatuang Hang Gliding Club adalah klub gantolle yang berada di Sumatera Barat. membuka kesempatan kepada warga Sumatera Barat untuk menjadi anggota Sipatuang Hang Gliding Club, yang akan di persiapkan untuk menjadi atlit-atlit gantolle pada PON XVIII di Riau.
SEKILAS TENTANG GANTOLLE
Gantolle berasal dari bahasa Bugis yang berarti capung. Nama gantolle di adopsi dari istilah Inggris HANG GLIDING. Gantolle adalah salah satu jenis olah raga dirgantara yang termasuk kelompok layang gantung.
Untuk formulir pendaftaran dapat diambil di Sekretariat MPALH UNP, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Negeri Padang)telp. 0751-444670
pengembalian formulir paling lambat hari rabu, 29 Oktober 2008 di sekretariat MPALH UNP.
Seleksi dilaksanakan pada hari Minggu 2 November 2008 jam 09.00 WIB
Uang pendaftaran Rp. 25.000
CP : Nik 081266684667
SAHATA 081266432000
Jumat, 18 Juli 2008
Jeritan Hati AkAN sEbuaH hAL
APA AKU HARUS SEPERTI YANG KALIAN INGIN KAN?
APA AKU MENJADI SALAH ? JIKA AKU SEPERTI ITU KAWAN?
GADIS biasa ,DENGAN SEGALA kebisuannya?
APA AKU TERLALU BURUK BAGI KALIAN???
SEHINGGA QTA HARUS SEPERTI ORANG ASING DARI NEGERI ENTAH BERANTAH?
KU SEDIH MELIHAT KENYATAAN INI…
KAU DENGAN KEEGOAN MU
KU DENGAN KEEGOAN KU
INGATKAH KAU KAWAN? SIMBOL PERSUDARAAN YANG DI GEMBAR GEMBOR KAN???
“BAHWA QTA ADALAH SAUDARA SEPERTI YANG MEREKA KIRA?”
AKU TANYA LAUTAN……
AKU TANYA PADA UDARA
AKU TANYA PADA HUTAN..
KEMANA RASA ITU???
RASA YANG DI BANGGA BANGGA KAN SEBAGAI PERSUDARAAN
RASA YANG HILANG ENTAH KEMANA…..
KU CARI PADA BINTANG….
KUDEKAP BULAN
KU MRENUNG SESAYUPAN
BERHARAP SEMUA….HANYA LAH MIMPI….
klinometer -23-
Jumat, 27 Juni 2008
”23 IN TANDIKEK PLUS 24 CIEX”
Tepat Jum’at tanggal 02 mei 2008, hari ini kita sudah mulai sibuk dengan mempersiapkan peralatan yang kurang untuk di bawa kelapangan. Habis sholat jum’at kita semua sudah berku mpul di secret. Kami melakukan cek perlengkapan dan langsung packing. Pukul 15.30 wib kita berangkat dari secret bersamaan dengan team yang akan pergi ke Gn. Sago. Namun mereka lebih dulu dapat mobilnya, jadi kita ditinggal dech….
Tidak berapa lama kemudian kita memesan Travel, eee tau ga?!! Si Rya gangguin sopirnya loh… hehehe dasar Rya…..Diatas mobil kita semua kerjanya bercanda melulu.Ga kebayang, misi kita berhasil juga di awal perjalanan.
Pukul 17.44 wib, kita sampai di persimpangan jalan ke Jorong Singgalang, lalu DeQ mencari mobil ke pasar pd.Panjang, akhirnya kita dapat tumpangan juga.lega dech…..Wah.. jalan disini mendaki terus yach…. kapan datarnya sich???!!!
Setengah jam kemudian kita sudah sampai di rumah pak RT. Kita istirahat sebentar dulu, dan usai adzan Magrib kita berangkat, memulai perjalanan ke pintu rimba. Dan di perjalanan kami bertemu dengan pemuda yang rumahnya juga tidak jauh dari pintu rimba Gn. Tandikek. Karena waktu sudah malam kami mengambil keputusan bersama untuk nginap di Surau yang letaknya tidak begitu jauh dari arah tujuan kami, disana cukup aman. Sampai disini kami pun berpisah dengan pemuda tadi, dan dia pun melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Karena air mudah di dapat kami pun langsung memasak dan makan malam.Wuihhhh ini perut karna lapar kali yach… enak sich.Siapa dulu yang masak?!!!coba tebak siapa??? Usai makan, kami kedatangan tamu, katanya sich dari Bukittinggi, mereka dua orang. Akhirnya dapat juga teman ke Tandikek. Bercerita dan minum teh bersama memang mengasyikan ya. Namun karena hari sudah larut maka kami pun istirahat, dingin juga disini ggrgrgrgrgrg…
03 mei 2008
Pagi ini indah, matahari mulai mengintip kami dibalik merapi yang puncaknya kelihatan bersih. Diantara kita masih ada yang tidur, dan ada juga yang mulai memasak. Si Apyt sendiri masih menikmati indahnya pagi. Tidak lama hidangan sarapan pagi sudah masak, dan kami mulai menyantap nya. Habis sarapan kami langsung packing, dan bersamaan dengan teman yang dari Bukittinggi kami berangkat.
Kami tidak merasa suntuk dalam perjalanan, habis celoteh anak manusia yang sepuluh orang ini menghidupkan suasana.hehehe bahasanya gitu loh…..tidak disangka dalam perjalanan Redha “Tepe2” loh dengan salah satu dari teman kita.Oupsss awas Redha, ada yang marah tuch (rully)…hehehee. Pukul 12.03 wib kami istirahat dahulu, A_D, DeQ dan Rully mengambil air ke bawah. kami pun memasak dan makan siang. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan, pukul 16.47 wib kami sampai di puncak Tandikek, asyikkkkk banget….Tandikek menyambut kami dengan tiupan angin lembut seolah dia suka akan kedatangan kami…tapi sayang kami tidak bawa kamera, untungnya zhulda bawa HP kamera, satu.. dua… tiga.. jadi dech dokumentasinya. Hehehehe
Usai berfoto, kami berjalan ke tempat camp, rencananya sich camp ke bawah, namun karena ada sedikit longsor maka kami mendirikan tenda di atas. Matahari mulai memancarkan sinar merahnya, ia memberi pertanda untuk meninggalkan siang, namun bulan terlalu cepat untuk mengantarnya, bintang-bintang pun sudah mulai kelihatan satu per satu.
Berhubung A_D mendapat jatah buat memasak malam ini, maka kami yang cewek enak-enakan duduk di hadapan api unggun yang di buat,”sungguh malam ini indah, bintang bertaburan di atas sana, angin pun bertiup dengan lembut, cerahnya hari, menunggu kami di puncak Tandikek , hari paling enak selama kami di lapangan… hari yang tanpa di datangi hujan, hari tanpa adanya adu mulut, dalam diam kami menikmatinya dan bagaimana kabarmu disana????
Lama juga A_D masaknya, perut keburu lapar nich…Senda gurau yang kami lakukan mengiringi kami di waktu makan malam. Enak juga, tapi lebih enak yang kemarin. Hehehehe jangan marah dunk A_D. Besok syapa lagi ya yang masak???
Menikmati malam di atas ketinggian, tak semua orang mendapatkannya, ini adalah keberuntungan, walau hanya sesaat, tapi dapat mengobati hatiku yang galau….. dalam diam syukur ku pada-Mu Tuhan.
Mata sudah mulai mengantuk, dan waktu pun menunjukan 00.44 wib, kami pun tidur dalam tenda masing-masing, memang benar-benar enak dech malam ini, dalam tenda ga sempit, hari cerah wuihhhhh enak banget……… mata mulai di pejamkan dan ZZzzzZZZZzzZZZ
04 mei 2008
Pagi ini terasa dingin banget, kami berjalan menuju kawah, sampai di bawah kita berjalan menuju kearah goa, mengambil dokumentasi itulah yang kami lakukan, namun disini kami melihat Ular berwarna hitam panjangnya kira-kira 1 meter. gimana ya nanti kalau sudah besar…..bisanya tajam banget kayaknya….
Kami kembali menuju tempat camp, dan langsung makan, karena DeQ telah memasak buat teman tercintanya.hehehehe Usai itu kita kembali packing dan kembali turun meninggalkan puncak tandikek.
Sampai di bawah, pukul 15.00 wib, kita bersih-bersih di sungai yang lumayan dingin, dan perjalanan kembali kami lanjutkan.Dalam perjalanan menuju rumah pak RT, kami melihat kebun tabu. Hmhmmm, pasti udah terbayang apa yang ada di pikiran kami…ayo coba tebak dech… udah dapat belum jawabannya…yupzz betul kami langsung mensuvivor tabu, tapi kasihan dech buat Rully and Redha, ga dapat kan. Habis kalian duluan aja sich……Kami mengupas sisa tabu dengan pisau mulut alias gigi hehehehe. Lumayan enak dan manis….
Sampai di rumah pak RT kami langsung berpamitan dan tidak lama kemudian kami mendapatkan mobil tumpangan ke Koto Baru. Disini DeQ langsung pulang kampung dan kami tinggal 7 orang. Mobil yang ditunggu-tunggu belum juga datang, hari sudah mulai gelap, kami termangu-mangu duduk di pinggiran jalan seperti anak terbuang.duch kasihan…..
Tidak lama kemudian mobil A N S pun datang, dan segera kami menaikinya, eee rupanya teman-teman dari team Sago juga ada diatasnya. Karena tidak dapat tempat duduk, maka terpaksa kami berdiri sampai ke Padang. Disini Rya pun dapat kenalan baru, katanya ganteng tapi bagi kita-kita…jauh dech…gimana sich Rya.Rya pun ditemani ngobrol sama cowok gantengnya, sampai di Padang berpisah dechhhhh. By Apyt angkatan 23
Minggu, 27 April 2008
ELANG
Jumat, 28 Maret 2008
ALAM UNTUK ANAK CUC
Alam dan isinya bukan warisan Nenek moyang, tapi titipan Anak Cucu...
Apa yang tersirat dari kata-kata ini ? sebuah suratan yang mengartikan bahwa alam bukan hanya untuk kita yang sedang menikmatinya didunia sekarang ini, tetapi untuk esok hari kita persembahkan buat generasi penerus Bumi ini. Apakah kita akan bersikap adil dengan mereka ? atau tidak ? apakah mereka akan mencium harum Bunga Mawar ? atau mereka hanya mencium bau karbon saja ? apa mereka akan melihat secara langsung Kucing Besar di Hutan belantara ? atau hanya dapat mereka saksikan di film-film yang sudah diarsipkan saja ?
Apa artinya bumi bila tak ada warna hijau ? dimana letak sumber pernafasan kita untuk esok ? apakah masih ada keindahan sejati di Bumi untuk jangka waktu 150 tahun kemudian ? semua jawaban itu hanya akan ada ketika kita bisa menyelamatkan itu semua, bukan hanya dengan kata tetapi perbuatan dan nyawa. Apakah dengan begitu ekstrimnya ? Jawabnya ya kalau memang semua sudah teramat kelewat batas. Ingat jangan terlalu memikirkan diri sendiri, masih banyak makhluk diluar sana yang memohon minta pertolongan kita. Atau kita Manusia memang hanya bisa menjadi perusak saja ? apakah itu cerminan dari makhluk yang tercipta paling sempurna dimuka Bumi ini ?
Pernahkah kamu berfikir, kita Manusia selalu membayangkan akan euforia masa depan. Bahkan bersifat terlalu Over Optimis, tapi pernahkah kita memikirkan untuk masa depan orang lain, minimal anak kita nantinya. Apakah mereka akan lahir tanpa mempunyai jiwa yang patriot akan Alam dan Lingkungannya, atau mereka semua hanya akan mendengarkannya saja, tetapi tidak merasakannya.
Apalagi yang kurang banjir, erosi, longsor, kebakaran hutan, kepunahan hewan-hewan langka, dll. Apakah ini biasa ? atau luar biasa ? apakah kita yang akan meminta pertanggung jawabanan pada alam bahkan menyalahkannya karena orang yang kita sayangi cacat karena rumahnya terkena longsor, Atau kita akan menyalahkan mereka ketika orang yang kita sayangi wafat saat menjadi korban Banjir. Ironis sedangkan fakta yang terjadi kita sendirilah yang membunuh orang yang kita sayangi itu dengan tidak langsung.
Ingat Bumi kita sudah tua, sudah mulai botak bahkan kutu-kutu di kulit Bumipun sudah mulai punah satu-persatu. Dimakan usiakah mereka atau dimakan zaman ? sudah saatnya melakukan perubahan yang lebih berarti untuk kehidupan kita bersama, serta untuk anak cucu kita nanti.
Jangan jadi Manusia yang merugikan makhluk lainnya, sudah tidak zamannya lagi kita berlomba-lomba untuk memamerkan kesempurnaan kita, padahal yang sebenarnya kita lebih rendah dari makhluk yang paling rendah. Ingat pepatah tentang ”bahkan seekor induk Harimaupun takkan tega memakan anaknya sendiri” apakah ini tak berlaku bagi kita Manusia. ( A_D 232 / AM )
Sabtu, 22 Maret 2008
Rabu, 19 Maret 2008
Jumat, 14 Maret 2008
ARTIKEL LINGKUNGAN
MENGGAGAS PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE KOTA PADANG
Oleh : Hendri Teja* NAG 02.18.377
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S Ar Rumm : 41)
Anthony Giddens dalam buku Jalan Ketiga-nya yang monumental, mengajukan dua pertanyaan sederhana yang menggelitik pemikiran kita bersama. Benarkah sejarah akan bergerak menurut garis lurus yang menanjak ? Benarkah dunia makin memperbaiki dirinya dan menghasilkan kemajuan ? Kenyataannya jalannya kehidupan di bumi ini pun telah semakin memuai resiko yang besar, dalam segala aspek kehidupan, dan kondisi tersebut memang di sebabkan oleh teknologi yang tak tepat sasaran dan tak bernilai yang dilakukan oleh manusia.
Kondisi Hutan Mangrove Kota Padang Latar Belakang
Secara geografis Kota Padang dapat di kategorikan sebagai kawasan pesisir dengan potensi hutan mangrove seluas 120 Ha (data Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang, 2004). Ironisnya segala manfaat dan potensi dari hutan mangrove tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal dan optimal untuk kesejahteraan kota Padang, bahkan kini telah terjadi peningkatan resiko bencana lingkungan yang mengancam kehidupan warga kota khususnya yang berdomisili di kawasan pantai.
UU. No 40 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 ayat 3 point c1 menegaskan setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan 130 (seratus tiga puluh ) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. Namun peraturan tampaknya tinggal peraturan. Kenyataannya penelitian Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan pada tanggal 1-4 Desember 2005 menemukan kalau kerusakan hutan mangrove di kota Padang telah mencapai 70 % dari 120 ha yang terjadi di daerah S. Pisang, Bungus, Teluk Kabung, Koto Tengah. Jumlah ini melonjak drastis dari penelitian Yayasan Minang Bahari, sebuah LSM yang konsern dengan kawasan pesisir Sumbar, pada 2004 yang memprediksi hanya mencapai 15-25 %.
Dari kerusakan tersebut Dr. Ir. H Enni Kamal,, praktisi kelautan Sumbar memperkirakan kondisi tersebut berakibat penurunan tangkapan ikan nelayan kota Padang hingga 84 ton/tahunnya. Selain itu diperkirakan 30 meter daratan di sepanjang Pesisir Pantai Sumatra Barat mengalami pengikisan air laut dan sudah lebih dari 500 unit rumah penduduk di pinggiran pesisir hanyut diterjang gelombang.
Resiko abrasi pun mengancam kota Padang. Beberapa waktu yang lalu beberapa media lokal telah mengabarkan hancurnya beberapa rumah di Purus dan Ulakkarang. Selain itu, kota Padang yang terletak di jalur patahan lempengan bumi di sepanjang Pulau Sumatera membuat isu resiko tsunami pun cukup besar (LIPI, 2005) apalagi dengan kondisi kepadatan penduduk 300.000 jiwa sepanjang pesisir pantai Padang.
Ironisnya, meski dewasa ini pembangunan kota mulai diarahkan ke kawasan pesisir, seperti pembangunan kawasan wisata Pantai Padang dan Pantai Air Manis serta ringroad Pusat Kota-Ketaping, hingga saat ini Pemko belum tampak memberikan perhatian serius akan upaya pengrehabilitasi kawasan pesisir.
Penyebab Kerusakan
Berdasarkan UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dan oleh karena itu maka pemerintah bertanggung jawab dalam pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan (Pasal 2).
Dalam pelaksanaan wewenangnya Departemen Kehutanan membawahi Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bekerja di daerah, yaitu Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) tetapi operasional penyelenggaraan rehabilitasi dilaksanakan Pemprov dan terutama Pemerintah Kabupaten/Kota (dinas yang membidangi kehutanan). Khusus di kota Padang, pengelolaan kawasan hutan mangrove telah menjadi fungsi dan tanggung jawab dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang (Disperhut Padang).
Permasalahan ketidakefektifan pengelolaan hutan mangrove di kota Padang, dapat digambarkan dengan beberapa faktor penyebab. Pertama, ketidak jelasan wewenang. Meski dikelola oleh Diperhuta Padang tetapi dalam penyelenggaraannya sering kali terjadi tumpang tindih wewenang Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang (Diskeperi Padang). Kondisi ini disebabkan karena meski secara fisik hutan, tetapi secara geografis hutan mangrove terletak di kawasan pesisir dan terkait erat dengan kehidupan nelayan tradisional. Akibatnya, meminjam istilah Enni Kamal, antara kedua dinas ini seringkali terjadi ‘lempar bola’ dalam pengelolaan hutan mangrove.
Kedua, tiadanya program yang jelas. Disperhut Padang bukan hanya bertenggungjawab untuk mengelola kawasan hutan tetapi juga sektor pertanian dan perkebunan. Minimimnya kuantitas SDM dan fasilitas, yang acap kali jadi persoalan klasik dari institusi pemerintah, menjadi salah satu sebab utama mandulnya peranan Disperhut Padang dalam upaya pelestarian hutan mangrove di wilayahnya.
Ironisnya program pembangunan kehutanan Disperhut Padang cenderung menganaktirikan hutan pesisir ketimbang hutan dataran tinggi. Program Clean and Green City pun seakan terfokus untuk memperbaiki kawasan DAS dan pebukitan, dengan penanaman pinang dan mahoni-nya sementara hutan mangrove terpinggirkan. Padahal penjelasan UU No. 41 tahun 1999 pada pasal 1 telah menegaskan kalau rehabiltasi hutan mangrove dan hutan rawa mesti mendapat perhatian yang sama sebagaimana hutan pada kawasan lainnya.
Jangankan untuk melakukan rehabilitasi lahan yang memakan waktu bertahun-tahun untuk melestarikan kawasan yang masih ada saja Disperhut Padang masih kesulitan. Tidak perlu kita melihat jauh-jauh ke kawasan S. Pisang, Bungus, Teluk Kabung, Koto Tengah yang pengawasan tentu membutuhkan dana yang cukup tinggi. Untuk kawasan kota sendiri seperti hutan mangrove di Air Tawar dan Parupuk Tabing, sebagai catchmean area Air Tawar dan Tabing, sendiri hingga saat ini belum ada kebijakan yang mengikat.
Dari 181 Ha total luas keduanya, menurut data MPALH UNP dalam lima tahun terakhir (1999-2004) telah terjadi deforestasi mangrove sejumlah 60 %, yaitu dari 20 ha menjadi 12 Ha lahan basah dan 15 Ha menjadi 8 Ha. Penyebabnya adalah konversi lahan dari hutan menjadi pemukiman dan jalan. Kondisi ini jelas terkait sekali dengan tata ruang pantai dan kelayakan AMDAL dari infrastruktur tersebut.
Ironisnya, masyarakat pinggir hutan, seperti Sungai Pisang dan Telukbuo Bungus, yang telah melakukan usaha konservasi secara swadaya belum mendapat insentif yang sepadan dari Pemko atas jasa lingkungan yang telah mereka lakukan. Pembangunan di kawasan tersebut masih tetap tertinggal, mulai dari fasum, seperti sekolah, listrik dan transportasi hingga persoalan ekonomi di kawasan tersebut.
Ketiga, program Pemko tidak lengkap. Semenjak bencana gempa dan tsunami di NAD pada akhir 2004 dan data-data ilmiah yang menunjukkan resiko rawan gempa tsunami yang tinggi, kota Padang telah membangun diri sebagai pylot project kota yang siap untuk mengantisipasi terjadinya bencana lingkungan tersebut. Bekerjasama dengan masyarakat dan institusi terkait yang konsern dengan penanggulangan bencana lingkungan, Pemko Padang berbagai mitigasi, penyuluhan, pemasangan plang kawasan aman tsunami hingga simulasi tsunami yang disiarkan ke seluruh Nusantara.
Tetapi antisipasi gempa dan tsunami bukan sekedar perubahan pemikiran masyarakat. Boleh jadi Pemko telah mengamankan kota Padang tengah pembangunan seawall, yang rencananya dari pusat Kota ke Ketaping Pariaman tetapi apakah itu cukup. Apakah potensi seawall tersebut sebanding dengan potensi green bell yang dimiliki hutan mangrove ? Mulai dari potensi penghambat tsunami, potensi pencegah instruksi air laut, potensi tempat berpijahnya ikan, potensi suplay kayu dan potensi lainnya.
Alternatif Penyelesaian.
Tindakan Pemprov Sumbar yang mengusulkan diberlakukannya Perda Kawasan Pesisir dapat dikategorikan sebagai langkah maju dalam pelestarian sumber daya alam kawasan tepi pantai tersebut, tetapi yang lebih penting lagi adalah adanya kesepahaman antara pemerintahan provinsi dan kota/kabupaten di Sumatera Barat tentang arah pengelolaan kawasan pesisir sendiri, khususnya kawasan mangrove. Blue print ini menurut Dr. Ir. Enni Kamal dapat menjadi strategi pengelolaan hutan mangrove di Sumbar dengan melibatkan segenap stake holder sehingga pengelolaannya dapat lebih terarah.
Pembuatan blue print kawasan pesisir pun dapat juga dilakukan dalam wilayah kota Padang. Walikota Padang dapat menggagas semacam semiloka kawasan pesisir yang melibatkan institusi terkait, terutama Disperhut Padang, Diskepri Padang. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Padang, akademisi, para pelestari lingkungan dan tentu saja masyarakat setempat.
Semiloka tersebut mesti mampu menjawab empat (4) buah pertanyaan dasar yaitu :
(1) Siapa instansi utama pengelola kawasan, yang akan menjadi koordinator atas segenap proses pembangunan yang akan dilaksanakan di kawasan tersebut ? Yang jelas pengelolaannya mesti satu pintu. Tindakan ‘lempar bola’ mesti dihentikan, kawasan mangrove harus dikelola oleh satu institusi khusus. Meski secara fisik berbentuk hutan tetapi kaitan sosial hutan mangrove lebih terkait dengan masyarakat pesisir sehingga alangkah lebih baiknya bila kawasan mangrove langsung saja dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota, dengan berkoordinasi dengan institusi terkait lainnya.
(2) Bagaimana penguatan pendidikan dan ekonomi masyarakat setempat ? Belajar dari Malaysia yang mengupayakan pinjaman lunak kepada nelayan mereka dengan bunga 0,5 % pertahun, maka Dr. Enni Kamal merekomendasikan agar Bank Nagari pun dapat berperan seperti itu. Pengelolaan dana tersebut mesti dihimpun dalam bentuk koperasi. Kondisi ini terbukti sukses di mana sebuah koperasi nelayan di Air Bangis Pasaman mampu mengelola dana hingga Rp 2 milyar pada tahun 1992 yang lalu.
Penguatan pendidikan dan teknologi masyarakat pesisir. Sudah saatnya orientasi pendidikan tidak lagi melangit tetapi membumi. Kurikulum pendidikan masyarakat pesisir mesti memasukan mata pelajaran yang memuat unsur dan instrument sumber daya ekonomi yang tersedia di kawasan itu sendiri. Sehingga tamatan pendidikan tersebut langsung dapat menerapkan keterampilan dan teknologi tersebut di kawasan lingkungan mereka sendiri. Bila perlu dilakukan juga kerjasama dengan institusi perguruan tinggi yang terkait.
(3) Bagaimana strategi pengrehabilitasian wilayah yang telah rusak dan penjagaan wilayah yang masih lestari ? Akankah tetap Pemko melalui koordinator dinas-nya melakukan pengelolaan yang bersifat tickle down atau pengelolaan tersebut dapat diserahkan kepada masyarakat mengingat berdasarkan ketentuan-ketentuan ulayat maka setiap jengkal tanah di Sumbar ini ada pemiliknya (ulayat suku, ulayat kaum). Untuk hutan adat yang masih eksis masyarakat adatnya sesuai dengan ketentuan dan syarat di UU Kehutanan, mengapa pengelolaannya tidak diberikan kepada mereka. Dan fungsi koordinator Dinas hanyalah memberikan fasilitator kawasan dan pengawasan agar pola pemanfaatannya sesuai dengan blue print yang telah disusun.
(4) Bagaimana bentuk tata ruang pesisir yang menunjang PAD tetapi memiliki nilai-nilai pelestarian alam ? Penyusunan rencana tata ruang pesisir kota. Inkonsistensi dalam penerapan tata ruang pesisir kota merupakan penyebab utama terjadinya deforestasi hutan mangrove kota Padang. Pemko mesti menjadi fasilitator dan mediator dalam penyusunan rencana tata ruang pantai kota yang melibatkan segenap stakeholder yang ada
Diharapkan proses penyusunan partisipatif tersebut dapat menjadi starting point bagi Pemko untuk bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat yang telah dan peduli dengan kelestarian hutan mangrove dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. * penulis adalah Sekum Relawan Hutan Indonesia Sumatera Barat/ Koord. Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia Sumatera Barat (FK3I Sumbar)